Monday, December 17, 2018

Robekan Kertas

Sewaktu SD aku tidak terlalu pintar dalam hal akademik tidak pandai juga dalam hal olahraga, menurutku kemampuanku biasa - biasa saja. Pada saat masih duduk di kelas 1 SD ada seorang siswa yang menurutku keren. Ia tak hanya cerdas tetapi juga tegas. Ia menjadi ketua kelas dari kelas satu sampai kami lulus.

Ia berbadan kecil, lebih kecil daripada aku dan berkulit sawo matang. Nilai raporku yang tak terlalu bagus membuatku malu dengan teman-teman. Sampai aku berpikir "kenapa dia bisa pintar ya, dia makan apa sih?" Dia selalu mendapatkan ranking satu. Ia menjadi kebanggan guru-guru disekolahku. Semua guru pasti kenal dengannya, aku yang biasa-biasa ini berpikir tak ada guru yang mengenalku wkwk.

Sampai pada saat kelas 4SD aku selalu memperhatikannya karena kecerdasannya. Tanpa kusadari timbul perasaan yang aneh dan berbeda. Apakah ini yang dinamakan cinta monyet?

Hingga sebelum bel istirahat berbunyi ia memberiku sebuah kertas yang dirobek dengan asal dan diremas hingga membentuk sebuah bola kecil dan ia melempar ke arahku. Ia memberikan sebuah isyarat untuk membukanya setelah kubuka kertas itu bertuliskan "maukah kau menjadi pacarku? "

Apakah ia menyukaiku?
Entahlah.. Rasa itu menguap begitu saja. Sampai kelulusan SD itu tiba kami masih malu-malu untuk mengobrol. Dan sampai saat ini kami tak pernah bertemu.

Sunday, December 16, 2018

Sahabat

Sahabat adalah hadiah terindah yg diberikan Allah untuk kita

Aku mempunyai seorang sahabat yang sangat aku sayangi. Kami tumbuh sebagai remaja yang ceria dan penuh tawa. Dia tinggal bersama Ayah, Ibu dan adiknya. Rumah kamipun bisa dikatakan dekat.

Pada saat kelas dua SMA ia pindah rumah mengikuti Ayahnya ke luar kota. Sehingga membuat jarak yang jauh diantara kami. Untungnya pada saat itu sudah ada handphone sehingga kamipun masih bisa berkomunikasi.

Komunikasi kami berjalan dengan baik sampai pada suatu saat ia mengirim SMS kepadaku yang bunyinya "aku ingin bunuh diri" . Saat itu juga aku hanya berkata jangan. Tapi aku kesal dengan diriku sendiri sebab tak bisa melanjutkan kata-kata saat itu juga. Aku mencoba untuk menenangkan diriku sebelum aku berpikir akan membalas apa. Aku tau ia telah melewati banyak sekali cobaan tapi  tak pernah terpikirkan olehku ia akan menyatakan hal itu.

Akhirnya aku menemukan kata-kata yang tepat untuknya, "bertahanlah, aku tau beban yang kau hadapi berat, tapi semua akan indah pada waktunya, dan masih ada adikmu yang membutuhkanmu".

Masa remaja yang sangat sulit akhirnya bisa dilalui oleh sahabatku. Aku berharap ia bahagia selamanya.